Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya. Tugas yang dimilikinya tidak hanya memberikan nafkah kepada anak dan istrinya. Ada tugas lainnya yang tidak kalah penting adalah menempatkan anak dan istri di lingkungan terbaik.
Hal ini bukan berarti kita abai terhadap upaya dakwah ke lingkungan sekitar. Namun alangkah lebih bijak lagi jika mempertimbangan kepentingan anak dan istri ke depannya. Apakah tinggal di lingkungan tersebut akan membawa kebaikan atau malah mengundang keburukan bagi keluarga Anda.
Ada contoh sederhana yang ditulis oleh Leyla Imtichanah pada bukunya yang berjudul “Suami yang Dirindukan Surga”. Di sana diceritakan bahwa penulis memiliki teman yang suaminya ditunjuk sebagai ketua RT di Kampung Narkoba yang letaknya di tengah kota.
Sesuai namanya, warga di kampung tersebut memang terbiasa menggunakan narkoba dalam kesehariannya. Mengerikannya lagi, pemakaian narkoba di kampung tersebut sudah menjangkit semua kalangan mulai dari anak-anak hingga kakek-kakek.
Berita orang yang meninggal karena narkoba di kampung tersebut sudah menjadi hal yang biasa terdengar. Setidaknya setiap seminggu, ada satu orang yang meninggal karena mengonsumsi barang terlarang tersebut.
Meski begitu ia memilih untuk tetap tinggal di kampung yang akrab dengan narkoba itu. Salah satu pertimbangannya adalah untuk berdakwah. Besar harapan yang dimilikinya untuk bisa mengubah lingkungan tempat tinggalnya ke arah yang lebih baik lagi. Sayangnya usaha yang dilakukannya tidak kunjung membuahkan hasil yang berarti setelah sekian lama berdakwah.
Tak ubahnya kisah para nabi terdahulu seperti Nabi Nuh a.s dan Nabi Yunus a.s yang meninggalkan umatnya setelah sekian lama berdakwah karena tidak kunjung mengalami kemajuan. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk angkat kaki dari kampung tersebut setelah anak-anaknya mulai besar.
Mereka hijrah dari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang dirasa lebih baik di pedesaan. Meskipun fasilitas yang tersedia tidak selengkap sebelumnya, ia merasa lebih lega ketika anak dan istrinya terhindar bayang-bayang bahaya narkoba. Ia rela menempuh perjalanan yang jauh untuk bekerja demi kebaikan keluarganya.
Baca juga: 5 Cara Membangun Keluarga Islami, Senantiasa Harmonis di Kala Krisis
Pertimbangan agama jauh lebih utama daripada ekonomi.
Rasanya keputusan tersebut sudah benar untuk dilakukan. Mengingat bahaya yang mengintai jauh lebih besar ketimbang kebaikan yang akan didapat. Jika berada pada posisi yang sama, mungkin kita akan melakukan hal yang sama.
Selaku suami, kita tentunya tidak rela membiarkan anak dan istri berada di lingkungan yang terus menerus dibayangi bahaya narkoba. Dakwah tetap bisa dilakukan tanpa harus tinggal di lingkungan yang buruk.
Alhamdulillah, saat ini semangat hijrah semakin menggelora di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Kita tidak perlu meninggalkan lingkungan perkotaan yang identik dengan budaya hedonisme ke daerah pedesaan. Karena saat ini sudah mulai bermunculan pihak yang menawarkan konsep hunian islami di wilayah perkotaan.
Developer properti yang menawarkan konsep hunian islami seringkali memberikan label perumahan syariah pada produknya. Ciri khasnya adalah tidak ada riba, sita, dan denda. Meski begitu, tidak semua perumahan syariah itu mengusung konsep hunian islami. Sebagian dari mereka hanya fokus pada skema transaksinya yang sesuai syariah. Sedangkan masalah lingkungan tempat tinggal diserahkan sepenuhnya kepada warga perumahan tersebut.
Hal tersebut masih bisa dikatakan wajar. Mengingat menciptakan lingkungan yang benar-benar islami bukanlah perkara yang mudah. Sehingga hadirnya perumahan syariah ini patut kita apresiasi terus. Mudah-mudahan di masa mendatang semakin banyak lagi pihak yang menawarkan hunian islami.
Silahkan share jika tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)
Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya. Tugas yang dimilikinya tidak hanya memberikan nafkah kepada anak dan istrinya. Ada tugas lainnya yang tidak kalah penting adalah menempatkan anak dan istri di lingkungan terbaik.
Hal ini bukan berarti kita abai terhadap upaya dakwah ke lingkungan sekitar. Namun alangkah lebih bijak lagi jika mempertimbangan kepentingan anak dan istri ke depannya. Apakah tinggal di lingkungan tersebut akan membawa kebaikan atau malah mengundang keburukan bagi keluarga Anda.
Ada contoh sederhana yang ditulis oleh Leyla Imtichanah pada bukunya yang berjudul “Suami yang Dirindukan Surga”. Di sana diceritakan bahwa penulis memiliki teman yang suaminya ditunjuk sebagai ketua RT di Kampung Narkoba yang letaknya di tengah kota.
Sesuai namanya, warga di kampung tersebut memang terbiasa menggunakan narkoba dalam kesehariannya. Mengerikannya lagi, pemakaian narkoba di kampung tersebut sudah menjangkit semua kalangan mulai dari anak-anak hingga kakek-kakek.
Berita orang yang meninggal karena narkoba di kampung tersebut sudah menjadi hal yang biasa terdengar. Setidaknya setiap seminggu, ada satu orang yang meninggal karena mengonsumsi barang terlarang tersebut.
Meski begitu ia memilih untuk tetap tinggal di kampung yang akrab dengan narkoba itu. Salah satu pertimbangannya adalah untuk berdakwah. Besar harapan yang dimilikinya untuk bisa mengubah lingkungan tempat tinggalnya ke arah yang lebih baik lagi. Sayangnya usaha yang dilakukannya tidak kunjung membuahkan hasil yang berarti setelah sekian lama berdakwah.
Tak ubahnya kisah para nabi terdahulu seperti Nabi Nuh a.s dan Nabi Yunus a.s yang meninggalkan umatnya setelah sekian lama berdakwah karena tidak kunjung mengalami kemajuan. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk angkat kaki dari kampung tersebut setelah anak-anaknya mulai besar.
Mereka hijrah dari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang dirasa lebih baik di pedesaan. Meskipun fasilitas yang tersedia tidak selengkap sebelumnya, ia merasa lebih lega ketika anak dan istrinya terhindar bayang-bayang bahaya narkoba. Ia rela menempuh perjalanan yang jauh untuk bekerja demi kebaikan keluarganya.
Baca juga: 5 Cara Membangun Keluarga Islami, Senantiasa Harmonis di Kala Krisis
Pertimbangan agama jauh lebih utama daripada ekonomi.
Rasanya keputusan tersebut sudah benar untuk dilakukan. Mengingat bahaya yang mengintai jauh lebih besar ketimbang kebaikan yang akan didapat. Jika berada pada posisi yang sama, mungkin kita akan melakukan hal yang sama.
Selaku suami, kita tentunya tidak rela membiarkan anak dan istri berada di lingkungan yang terus menerus dibayangi bahaya narkoba. Dakwah tetap bisa dilakukan tanpa harus tinggal di lingkungan yang buruk.
Alhamdulillah, saat ini semangat hijrah semakin menggelora di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Kita tidak perlu meninggalkan lingkungan perkotaan yang identik dengan budaya hedonisme ke daerah pedesaan. Karena saat ini sudah mulai bermunculan pihak yang menawarkan konsep hunian islami di wilayah perkotaan.
Developer properti yang menawarkan konsep hunian islami seringkali memberikan label perumahan syariah pada produknya. Ciri khasnya adalah tidak ada riba, sita, dan denda. Meski begitu, tidak semua perumahan syariah itu mengusung konsep hunian islami. Sebagian dari mereka hanya fokus pada skema transaksinya yang sesuai syariah. Sedangkan masalah lingkungan tempat tinggal diserahkan sepenuhnya kepada warga perumahan tersebut.
Hal tersebut masih bisa dikatakan wajar. Mengingat menciptakan lingkungan yang benar-benar islami bukanlah perkara yang mudah. Sehingga hadirnya perumahan syariah ini patut kita apresiasi terus. Mudah-mudahan di masa mendatang semakin banyak lagi pihak yang menawarkan hunian islami.
Silahkan share jika tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)