Siapa orang tua yang senang memiliki anak rewel? Tentu tidak ada bukan. Ada banyak hal yang menjadi penyebab anak rewel. Salah satu hal yang paling sering terjadi dan mungkin tidak disadari oleh sebagian orang tua adalah jalinan komunikasi yang kurang baik antara anak dengan orang tua.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk cerdas karena memiliki otak dengan neuron yang lebih banyak dibandingkan otak makhluk lainnya. Ada sekitar 100 miliar neuron yang tertanam dalam otak manusia.
Sayangnya antar neuron tersebut belum saling terhubung sempurna saat dilahirkan. Tidak heran jika manusia memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa belajar banyak hal.
Bandingkan dengan hewan mamalia seperti kambing misalnya. Ketika lahir mereka bisa langsung berdiri beberapa jam setelah dilahirkan. Jauh berbeda dengan manusia yang memerlukan waktu belasan bulan untuk bisa berdiri secara sempurna.
Atas kondisi inilah yang menyebabkan buah hati kita memiliki keterbatasan kemampuan dalam banyak hal saat masih kecil. Misalnya saja ketika berbicara, ia tidak mampu mengkomunikasikan segala keinginan kepada orang tuanya.
Saat ia lelah tidak berhasil berbicara dengan orang tuanya dengan baik ia hanya bisa menangis. Ketika merasa tidak nyaman ia akan merengek.
Itulah sebabnya, semakin belia usia seorang anak, kecenderungan menangis dan rewel semakin tinggi dibandingkan anak-anak dengan usia yang lebih tua.
Baca juga: Nggak Perlu Gadget, Ini Dia Cara Mudah Mengatasi Anak Rewel
Kosakata yang dimiliki anak kecil masih sangat terbatas. Bayi yang belum bisa berkata-kata, akan pipis di mana saja dan kapan saja, tanpa memberi tahu orang tuanya. Namun jika sering dilatih, anak yang sudah bisa mengatakan “pipis” akan bisa memberitahukan keinginan buang air kecil kepada orang tuanya.
Sayangnya anak memiliki banyak keinginan dalam satu waktu. Ketika ia tidak bisa menyampaikannya dengan baik lalu orang tuanya tidak mengerti, ia hanya bisa menangis, merengek, dan marah kepada dirinya sendiri.
Tindakan tersebut merupakan bentuk ekspresi kekesalan atas ketidakmampuannya dalam menyampaikan keinginan kepada orang tuanya.
Upaya lain yang dilakukan anak ketika memiliki kesulitan dalam mengkomunikasikan keinginan kepada orang tuanya adalah dengan berteriak, menendang, dan memukul.
Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Karena secara alaminya, pada diri anak-anak telah Allah tanamkan sistem pertahanan tubuh. Saat manusia terancam, maka otak reptilnya akan aktif. Reaksi yang akan dilakukan hanya dua, yaitu lari atau melawan.
Misalnya saat anak berkelahi dengan temannya, ia memiliki dua pilihan. Pertama, ia akan lari dan mengadu kepada orang yang lebih dewasa terutama orang tuanya. Bisa juga ia diam menerima pukulan dari temannya hingga menangis.
Kedua, ia melawan dengan memberikan pukulan balasan kepada temannya tersebut.
Hal yang serupa juga akan terjadi saat ia diganggu, merasa tidak nyaman, atau merasa dirugikan, kebanyakan anak akan memiliki respon yang sama. Ia akan memukul, menggigit, menendang, mendorong, menarik, ngamuk, berteriak, menangis atau perbuatan sejenisnya.
Ia belum paham apakah perbuatan tersebut baik atau buruk.
Mengingat neuron yang dimiliki otak anak belum terjalin dengan sempurna, maka sebenarnya seorang anak memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada orang tuanya. Melihat fakta ini, harusnya menjadikan seorang anak mudah patuh terhadap orang tuanya, bukan?
Namun, realitanya tidak selalu demikian. Tidak jarang ditemui anak yang sulit sekali diatur dan cenderung tidak patuh terhadap orang tuanya. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena sebagian dari orang tua tidak mau tahu perkembangan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki anaknya.
Seharusnya orang tua tidak memarahi anak yang belum bisa mengungkapkan keinginannya. Saat orang tua tidak mengerti keinginan anak, lalu memarahinya dan menyimpulkan bahwa anak mereka REWEL. Maka kemarahan yang diluapkan oleh orang tuanya bisa jadi tergolong ke dalam penindasan terhadap anak.
Karena saat kondisi tersebut, yang ‘berhak’ marah bukanlah orang tua, melainkan anaknya. Karena ia sudah berusaha keras mengungkapkan keinginannya, namun orang orang tua tidak kunjung mengerti. Tidak heran jika ia mengungkapkan kekesalannya dengan teriakan, rengekan ataupun pukulan.
Lalu bagaimana strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Dengarkan dan pahami akar permasalahannya. Cobalah untuk mendengarkan pesan mereka walaupun bicaranya masih terbata-bata dan cenderung sulit dipahami. Terus berusahalah untuk selalu membuka komunikasi. Mungkin anak Anda ingin minum teh manis, namun tidak tahu cara menyampaikan atau menerangkan teh manis kepada Anda.
Cobalah mengajarkan anak Anda untuk membiasakan diri belajar mengungkapkan keinginannya walaupun dengan susah payah.
Baca juga: Cara Baik “Memarahi” Anak Dalam Islam
Setiap orang tua pastilah pernah menghadapi anaknya yang rewel, sekalipun ia adalah seorang praktisi ilmu parenting. Yang membedakan adalah cara perlakukan yang diberikan kepada anak tersebut.
Jika perlakukan yang diberikan kurang tepat, maka hal tersebut bisa berdampak pada perkembangan anak.
Oleh karena itu, mari kita terus belajar menjadi orang tua terbaik dengan memperbanyak wawasan mengenai ilmu parenting.
Untuk melahirkan generasi yang saleh harus dimulai dari orang yang saleh pula.
(Diedit oleh Nizar Tegar)
Siapa orang tua yang senang memiliki anak rewel? Tentu tidak ada bukan. Ada banyak hal yang menjadi penyebab anak rewel. Salah satu hal yang paling sering terjadi dan mungkin tidak disadari oleh sebagian orang tua adalah jalinan komunikasi yang kurang baik antara anak dengan orang tua.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk cerdas karena memiliki otak dengan neuron yang lebih banyak dibandingkan otak makhluk lainnya. Ada sekitar 100 miliar neuron yang tertanam dalam otak manusia.
Sayangnya antar neuron tersebut belum saling terhubung sempurna saat dilahirkan. Tidak heran jika manusia memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa belajar banyak hal.
Bandingkan dengan hewan mamalia seperti kambing misalnya. Ketika lahir mereka bisa langsung berdiri beberapa jam setelah dilahirkan. Jauh berbeda dengan manusia yang memerlukan waktu belasan bulan untuk bisa berdiri secara sempurna.
Atas kondisi inilah yang menyebabkan buah hati kita memiliki keterbatasan kemampuan dalam banyak hal saat masih kecil. Misalnya saja ketika berbicara, ia tidak mampu mengkomunikasikan segala keinginan kepada orang tuanya.
Saat ia lelah tidak berhasil berbicara dengan orang tuanya dengan baik ia hanya bisa menangis. Ketika merasa tidak nyaman ia akan merengek.
Itulah sebabnya, semakin belia usia seorang anak, kecenderungan menangis dan rewel semakin tinggi dibandingkan anak-anak dengan usia yang lebih tua.
Baca juga: Nggak Perlu Gadget, Ini Dia Cara Mudah Mengatasi Anak Rewel
Kosakata yang dimiliki anak kecil masih sangat terbatas. Bayi yang belum bisa berkata-kata, akan pipis di mana saja dan kapan saja, tanpa memberi tahu orang tuanya. Namun jika sering dilatih, anak yang sudah bisa mengatakan “pipis” akan bisa memberitahukan keinginan buang air kecil kepada orang tuanya.
Sayangnya anak memiliki banyak keinginan dalam satu waktu. Ketika ia tidak bisa menyampaikannya dengan baik lalu orang tuanya tidak mengerti, ia hanya bisa menangis, merengek, dan marah kepada dirinya sendiri.
Tindakan tersebut merupakan bentuk ekspresi kekesalan atas ketidakmampuannya dalam menyampaikan keinginan kepada orang tuanya.
Upaya lain yang dilakukan anak ketika memiliki kesulitan dalam mengkomunikasikan keinginan kepada orang tuanya adalah dengan berteriak, menendang, dan memukul.
Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Karena secara alaminya, pada diri anak-anak telah Allah tanamkan sistem pertahanan tubuh. Saat manusia terancam, maka otak reptilnya akan aktif. Reaksi yang akan dilakukan hanya dua, yaitu lari atau melawan.
Misalnya saat anak berkelahi dengan temannya, ia memiliki dua pilihan. Pertama, ia akan lari dan mengadu kepada orang yang lebih dewasa terutama orang tuanya. Bisa juga ia diam menerima pukulan dari temannya hingga menangis.
Kedua, ia melawan dengan memberikan pukulan balasan kepada temannya tersebut.
Hal yang serupa juga akan terjadi saat ia diganggu, merasa tidak nyaman, atau merasa dirugikan, kebanyakan anak akan memiliki respon yang sama. Ia akan memukul, menggigit, menendang, mendorong, menarik, ngamuk, berteriak, menangis atau perbuatan sejenisnya.
Ia belum paham apakah perbuatan tersebut baik atau buruk.
Mengingat neuron yang dimiliki otak anak belum terjalin dengan sempurna, maka sebenarnya seorang anak memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada orang tuanya. Melihat fakta ini, harusnya menjadikan seorang anak mudah patuh terhadap orang tuanya, bukan?
Namun, realitanya tidak selalu demikian. Tidak jarang ditemui anak yang sulit sekali diatur dan cenderung tidak patuh terhadap orang tuanya. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena sebagian dari orang tua tidak mau tahu perkembangan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki anaknya.
Seharusnya orang tua tidak memarahi anak yang belum bisa mengungkapkan keinginannya. Saat orang tua tidak mengerti keinginan anak, lalu memarahinya dan menyimpulkan bahwa anak mereka REWEL. Maka kemarahan yang diluapkan oleh orang tuanya bisa jadi tergolong ke dalam penindasan terhadap anak.
Karena saat kondisi tersebut, yang ‘berhak’ marah bukanlah orang tua, melainkan anaknya. Karena ia sudah berusaha keras mengungkapkan keinginannya, namun orang orang tua tidak kunjung mengerti. Tidak heran jika ia mengungkapkan kekesalannya dengan teriakan, rengekan ataupun pukulan.
Lalu bagaimana strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Dengarkan dan pahami akar permasalahannya. Cobalah untuk mendengarkan pesan mereka walaupun bicaranya masih terbata-bata dan cenderung sulit dipahami. Terus berusahalah untuk selalu membuka komunikasi. Mungkin anak Anda ingin minum teh manis, namun tidak tahu cara menyampaikan atau menerangkan teh manis kepada Anda.
Cobalah mengajarkan anak Anda untuk membiasakan diri belajar mengungkapkan keinginannya walaupun dengan susah payah.
Baca juga: Cara Baik “Memarahi” Anak Dalam Islam
Setiap orang tua pastilah pernah menghadapi anaknya yang rewel, sekalipun ia adalah seorang praktisi ilmu parenting. Yang membedakan adalah cara perlakukan yang diberikan kepada anak tersebut.
Jika perlakukan yang diberikan kurang tepat, maka hal tersebut bisa berdampak pada perkembangan anak.
Oleh karena itu, mari kita terus belajar menjadi orang tua terbaik dengan memperbanyak wawasan mengenai ilmu parenting.
Untuk melahirkan generasi yang saleh harus dimulai dari orang yang saleh pula.
(Diedit oleh Nizar Tegar)