Membangun rumah tangga diperlukan kesabaran, ikhtiar, dan doa yang konsisten.
Sebagian besar lajang mungkin membayangkan kehidupan rumah tangga setelah menikah serba indah. Kita bisa shalat berjamaah dengan pasangan tercinta, memasak bersama disertai canda tawa, atau berjalan bersama ke tempat yang telah lama diidam-idamkan. Tidak ada yang salah dengan angan-angan seperti itu. Justru sudah selayaknya kita berdoa untuk bisa membangun rumah tangga yang bahagia nan indah.
Terlepas status Anda apakah masih lajang atau sudah menjalani kehidupan rumah tangga, gambaran pahit seputar keseharian berumah tangga patut diketahui dan dipelajari. Karena tidak sedikit para gadis yang memiliki ekspektasi tinggi bahwa saat memasuki dunia rumah tangga kondisi finansial telah stabil dan serba berkecukupan. Ataupun jejaka yang membayangkan pasangannya sebagai istri salehah yang bisa memberikan ketenangan lahir dan batin.
Baca juga: Siap Menghadapi Ujian Pernikahan 5 Tahun Pertama untuk Menuju Keluarga Samawa
Cara berpikir praktis seperti itu berpotensi untuk menggerus perasaan qana’ah atau syukur menerima secara segala ketetapan Allah SWT. Hal ini seringkali terjadi pada pasangan pengantin yang baru menginjak beberapa bulan pernikahan. Jika pasangan tersebut tidak mampu melewati ujian ini, maka ada kemungkinan usia pernikahan mereka tidak akan berlangsung lama.
Mengenai urusan rumah tangga, sudah selayaknya suami istri menyadari bahwa membangun keluarga yang stabil dan harmonis harus mampu melewati proses panjang yang penuh godaan. Sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dalam keadaan kondisi terburuk sekalipun.
Berikut ada beberapa contoh kesiapan mental saat memasuki rumah tangga:
Saat kita belajar menyikapi kondisi yang pahit, insyaAllah hati bisa menjadi lebih lunak dan lapang dalam menerima keadaan. Keyakinan akan janji Allah akan semakin terpatri dalam hati,
Saat kita berusaha menjadi sosok yang dewasa dalam menyikapi keadaan, setiap babak kehidupan akan mudah dilalui dengan sikap sabar dan logis. Semua fase kehidupan rumah tangga akan disikapi dengan wajar, tidak lebay, kesal, atau rasa kaget yang berlebihan.
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk bersikap bijak dalam menyikapi setiap momen yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Aamiin…
Baca juga: Sabar dan Syukur, Pondasi Membangun Keluarga Islami
Silahkan isi kolom komentar jika ada masukan dan saran yang membangun. Jangan lupa share jika tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)
Membangun rumah tangga diperlukan kesabaran, ikhtiar, dan doa yang konsisten.
Sebagian besar lajang mungkin membayangkan kehidupan rumah tangga setelah menikah serba indah. Kita bisa shalat berjamaah dengan pasangan tercinta, memasak bersama disertai canda tawa, atau berjalan bersama ke tempat yang telah lama diidam-idamkan. Tidak ada yang salah dengan angan-angan seperti itu. Justru sudah selayaknya kita berdoa untuk bisa membangun rumah tangga yang bahagia nan indah.
Terlepas status Anda apakah masih lajang atau sudah menjalani kehidupan rumah tangga, gambaran pahit seputar keseharian berumah tangga patut diketahui dan dipelajari. Karena tidak sedikit para gadis yang memiliki ekspektasi tinggi bahwa saat memasuki dunia rumah tangga kondisi finansial telah stabil dan serba berkecukupan. Ataupun jejaka yang membayangkan pasangannya sebagai istri salehah yang bisa memberikan ketenangan lahir dan batin.
Baca juga: Siap Menghadapi Ujian Pernikahan 5 Tahun Pertama untuk Menuju Keluarga Samawa
Cara berpikir praktis seperti itu berpotensi untuk menggerus perasaan qana’ah atau syukur menerima secara segala ketetapan Allah SWT. Hal ini seringkali terjadi pada pasangan pengantin yang baru menginjak beberapa bulan pernikahan. Jika pasangan tersebut tidak mampu melewati ujian ini, maka ada kemungkinan usia pernikahan mereka tidak akan berlangsung lama.
Mengenai urusan rumah tangga, sudah selayaknya suami istri menyadari bahwa membangun keluarga yang stabil dan harmonis harus mampu melewati proses panjang yang penuh godaan. Sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dalam keadaan kondisi terburuk sekalipun.
Berikut ada beberapa contoh kesiapan mental saat memasuki rumah tangga:
Saat kita belajar menyikapi kondisi yang pahit, insyaAllah hati bisa menjadi lebih lunak dan lapang dalam menerima keadaan. Keyakinan akan janji Allah akan semakin terpatri dalam hati,
Saat kita berusaha menjadi sosok yang dewasa dalam menyikapi keadaan, setiap babak kehidupan akan mudah dilalui dengan sikap sabar dan logis. Semua fase kehidupan rumah tangga akan disikapi dengan wajar, tidak lebay, kesal, atau rasa kaget yang berlebihan.
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk bersikap bijak dalam menyikapi setiap momen yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Aamiin…
Baca juga: Sabar dan Syukur, Pondasi Membangun Keluarga Islami
Silahkan isi kolom komentar jika ada masukan dan saran yang membangun. Jangan lupa share jika tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)