Sebagai seorang muslim tentunya kita berharap bisa memiliki keluarga idaman yang sakinah.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang memiliki suasana damai, tentram, bahagia, dan adil. Keluarga yang sakinah tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi juga memiliki visi yang jauh ke depan, yaitu akhirat.
Keluarga yang sakinah bukanlah pemberian Allah semata, melainkan hasil dari upaya dan ikhtiar yang sungguh-sungguh dari para anggotanya. Harus ada komitmen bersama dari semua anggota keluarga untuk mewujudkannya. Berikut ada beberapa ikhtiar untuk menjadikan keluarga Anda sakinah dan penuh rahmat Allah SWT.
Baca juga: 4 Tips Mewujudkan Rumahku Surgaku
Jika ingin memperoleh kedamaian di dalam rumah, maka jangan hanya menjadikan rumah sebagai tempat tinggal. Rumah tersebut harus bisa dijadikan sebagai tempat beribadah kepada Allah.
Ibadah tidak hanya sebatas pada shalat, puasa, berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Quran saja. Segala aktivitas di rumah bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah. Saat memasak ingat Allah, saat makan ingat Allah, saat belajar ingat Allah, dan seterusnya. Ingatlah akan pesan Rasulullah,
Perumpamaan rumah yang Allah diingat di dalamnya dan rumah yang Allah tidak ingat di dalamnya adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim)
Keluarga sakinah tidak pernah menjadikan urusan dunia sebagai indikator kebahagiaan. Mereka lebih mendahulukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mendatangkan kebahagiaan akhirat ketimbang urusan dunia. Namun, bukan berarti urusan dunia tidak penting sehingga harus dikesampingkan. Poin pentingnya ada pada skala prioritas saja. Keluarga sakinah lebih memprioritaskan urusan akhirat dibandingkan urusan dunia.
Anggota keluarga yang sakinah sudah paham bahwa Allah adalah segala sumber yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Sehingga dengan mendekatkan diri kepada Allah, kebahagiaan, kasih sayang, dan kecintaan sejati bisa diraih. Sebagaimana firman Allah,
Jika ingin mendapatkan ketentraman di dalam keluarga maka berusahalah menjadi rahmat bagi lingkungan sekitar. Bawalah spirit surat Al-Anbiya ayat 107 ke dalam rumah dan lingkungan sekitar,
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya: 107)
Bangunlah rasa saling mencintai karena Allah dari lingkungan kecil terlebih dahulu, yaitu lingkungan keluarga. Baru setelah itu bawa spirit ini ke luar rumah, seperti tetangga dan masyarakat yang lebih luas.
Tebarkanlah rahmat ke lingkungan sekitar sebagaimana saat berada di dalam rumah seperti sikap santun, saling tolong menolong, menghormati, menyayangi yang lebih muda, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, dan halus dalam bertutur kata.
Jika ingin memiliki keluarga yang bahagia, jadilah keluarga pecinta ilmu. Lihat saja bagaimana Allah menurunkan wahyu pertamanya kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq 1-5 yang menunjukkan begitu pentingnya menjadi pecinta ilmu. Dua ciri utama pecinta ilmu adalah gemar membaca dan menulis.
Keluarga idaman yang sakinah adalah keluarga yang cinta dengan ilmu. Mereka saling belajar dan mengajarkan. Carilah ilmu kemudian ajarkan kepada yang lain. Bisa dari yang tua kepada yang muda ataupun sebaliknya. Jadilah keluarga yang menghargai ilmu, sehingga menempatkan ahli ilmu sebagai orang yang terhormat.
Jika ingin menjadikan keluarga yang menanamkan nilai-nilai keadilan, maka setiap anggota keluarga harus bisa mengedepankan prinsip kesetaraan dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban. Setiap anggota keluarga tidak hanya dituntut menjalankan kewajibannya masing-masing. Melainkan juga harus mengetahui hak-hak yang dimiliki oleh anggota keluarga lainnya.
Dengan begitu ia akan sadar bahwa ada hak-hak anggota keluarga yang perlu dijaga dan dipenuhi. Misalnya saja hak untuk menasehati tidak hanya berasal dari “yang tua” kepada “yang muda”. Pada saat-saat tertentu terkadang nasihat bisa saja datang dari pihak “yang muda” kepada “yang tua”. Hanya saja dalam hal ini perlu disertai adab yang baik.
Ada kisah menarik yang bisa dipetik pelajarannya dari Umar bin Khathab saat dilantik sebagai khalifah. Beliau diinterupsi oleh masyarakat dengan mengangkat pedangnya tinggi seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, seandainya diperjalan kepemimpinan, engkau melenceng dari garis ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka pedang saya ini yang akan meluruskanmu.”
Maka dengan rendah hati beliau menjawab, “Alhamdulillah, ada seorang laki-laki di tengah-tengah umat yang Umar pimpin bersedia meluruskanku manakala aku menyimpang.”
Sungguh kisah yang menggambarkan dua orang luar biasa. Umar selaku pimpinan tidak tersinggung dan rendah hati saat diinterupsi oleh masyarakat biasa. Dan orang dari kalangan masyarakat biasa itu pun berani bersuara, di saat orang lain mungkin tidak berani berbicara seperti itu.
Ia dapat bertindak seperti itu jika tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai bahwa setiap orang adalah sama dihadapan Allah, yang berbeda hanya pada ketakwaan saja.
Baca juga: 9 “Pintu” Ini Terbuka, Untuk Kita Bisa Masuk Surga Bersama Keluarga
Demikian beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan keluarga sakinah. Diperlukan kekompakan dari semua anggota keluarga untuk mewujudkannya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah meminta pertolongan kepada Allah supaya kita diberi kemudahan dalam mewujudkan keluarga impian yang sakinah. Wallahu A’lam.
(Diedit oleh Nizar Tegar)
Sebagai seorang muslim tentunya kita berharap bisa memiliki keluarga idaman yang sakinah.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang memiliki suasana damai, tentram, bahagia, dan adil. Keluarga yang sakinah tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi juga memiliki visi yang jauh ke depan, yaitu akhirat.
Keluarga yang sakinah bukanlah pemberian Allah semata, melainkan hasil dari upaya dan ikhtiar yang sungguh-sungguh dari para anggotanya. Harus ada komitmen bersama dari semua anggota keluarga untuk mewujudkannya. Berikut ada beberapa ikhtiar untuk menjadikan keluarga Anda sakinah dan penuh rahmat Allah SWT.
Baca juga: 4 Tips Mewujudkan Rumahku Surgaku
Jika ingin memperoleh kedamaian di dalam rumah, maka jangan hanya menjadikan rumah sebagai tempat tinggal. Rumah tersebut harus bisa dijadikan sebagai tempat beribadah kepada Allah.
Ibadah tidak hanya sebatas pada shalat, puasa, berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Quran saja. Segala aktivitas di rumah bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah. Saat memasak ingat Allah, saat makan ingat Allah, saat belajar ingat Allah, dan seterusnya. Ingatlah akan pesan Rasulullah,
Perumpamaan rumah yang Allah diingat di dalamnya dan rumah yang Allah tidak ingat di dalamnya adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim)
Keluarga sakinah tidak pernah menjadikan urusan dunia sebagai indikator kebahagiaan. Mereka lebih mendahulukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mendatangkan kebahagiaan akhirat ketimbang urusan dunia. Namun, bukan berarti urusan dunia tidak penting sehingga harus dikesampingkan. Poin pentingnya ada pada skala prioritas saja. Keluarga sakinah lebih memprioritaskan urusan akhirat dibandingkan urusan dunia.
Anggota keluarga yang sakinah sudah paham bahwa Allah adalah segala sumber yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Sehingga dengan mendekatkan diri kepada Allah, kebahagiaan, kasih sayang, dan kecintaan sejati bisa diraih. Sebagaimana firman Allah,
Jika ingin mendapatkan ketentraman di dalam keluarga maka berusahalah menjadi rahmat bagi lingkungan sekitar. Bawalah spirit surat Al-Anbiya ayat 107 ke dalam rumah dan lingkungan sekitar,
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya: 107)
Bangunlah rasa saling mencintai karena Allah dari lingkungan kecil terlebih dahulu, yaitu lingkungan keluarga. Baru setelah itu bawa spirit ini ke luar rumah, seperti tetangga dan masyarakat yang lebih luas.
Tebarkanlah rahmat ke lingkungan sekitar sebagaimana saat berada di dalam rumah seperti sikap santun, saling tolong menolong, menghormati, menyayangi yang lebih muda, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, dan halus dalam bertutur kata.
Jika ingin memiliki keluarga yang bahagia, jadilah keluarga pecinta ilmu. Lihat saja bagaimana Allah menurunkan wahyu pertamanya kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq 1-5 yang menunjukkan begitu pentingnya menjadi pecinta ilmu. Dua ciri utama pecinta ilmu adalah gemar membaca dan menulis.
Keluarga idaman yang sakinah adalah keluarga yang cinta dengan ilmu. Mereka saling belajar dan mengajarkan. Carilah ilmu kemudian ajarkan kepada yang lain. Bisa dari yang tua kepada yang muda ataupun sebaliknya. Jadilah keluarga yang menghargai ilmu, sehingga menempatkan ahli ilmu sebagai orang yang terhormat.
Jika ingin menjadikan keluarga yang menanamkan nilai-nilai keadilan, maka setiap anggota keluarga harus bisa mengedepankan prinsip kesetaraan dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban. Setiap anggota keluarga tidak hanya dituntut menjalankan kewajibannya masing-masing. Melainkan juga harus mengetahui hak-hak yang dimiliki oleh anggota keluarga lainnya.
Dengan begitu ia akan sadar bahwa ada hak-hak anggota keluarga yang perlu dijaga dan dipenuhi. Misalnya saja hak untuk menasehati tidak hanya berasal dari “yang tua” kepada “yang muda”. Pada saat-saat tertentu terkadang nasihat bisa saja datang dari pihak “yang muda” kepada “yang tua”. Hanya saja dalam hal ini perlu disertai adab yang baik.
Ada kisah menarik yang bisa dipetik pelajarannya dari Umar bin Khathab saat dilantik sebagai khalifah. Beliau diinterupsi oleh masyarakat dengan mengangkat pedangnya tinggi seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, seandainya diperjalan kepemimpinan, engkau melenceng dari garis ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka pedang saya ini yang akan meluruskanmu.”
Maka dengan rendah hati beliau menjawab, “Alhamdulillah, ada seorang laki-laki di tengah-tengah umat yang Umar pimpin bersedia meluruskanku manakala aku menyimpang.”
Sungguh kisah yang menggambarkan dua orang luar biasa. Umar selaku pimpinan tidak tersinggung dan rendah hati saat diinterupsi oleh masyarakat biasa. Dan orang dari kalangan masyarakat biasa itu pun berani bersuara, di saat orang lain mungkin tidak berani berbicara seperti itu.
Ia dapat bertindak seperti itu jika tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai bahwa setiap orang adalah sama dihadapan Allah, yang berbeda hanya pada ketakwaan saja.
Baca juga: 9 “Pintu” Ini Terbuka, Untuk Kita Bisa Masuk Surga Bersama Keluarga
Demikian beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan keluarga sakinah. Diperlukan kekompakan dari semua anggota keluarga untuk mewujudkannya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah meminta pertolongan kepada Allah supaya kita diberi kemudahan dalam mewujudkan keluarga impian yang sakinah. Wallahu A’lam.
(Diedit oleh Nizar Tegar)