Resesi merupakan hal yang harus siap kita hadapi, karena termasuk bagian dari siklus perekonomian. Yang menjadi masalah adalah saat kita tidak siap menghadapinya.
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari pandemi corona bukanlah penyakitnya melainkan efek buruk yang diakibatkannya. Baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Terbukti saat ini banyak negara yang sudah mengalami perlambatan ekonomi gara-gara pandemi ini. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang yang mulai mencari tahu mengenai “Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi?”
Sebenarnya resesi bukanlah sesuatu yang menakutkan jika kita mempersiapkannya dengan baik. Karena resesi sudah menjadi salah satu bagian dari siklus perekonomian yang sifatnya alami. Rentang waktunya pun relatif tidak berlangsung lama, yaitu sekitar 11 bulan. Demikian yang disampaikan oleh halaman economy.okezone.com.
Meski begitu kita harus tetap waspada untuk menghadapi kondisi terburuk dengan mengambil langkah-langkah preventif.
Lalu, “Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi?”
Mari kita urut dengan mengetahui dulu apa itu resesi.
Resesi bisa diartikan sebagai penurunan kegiatan ekonomi yang signifikan. Hal ini bisa terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dampak yang diakibatkannya dapat mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi seperti ketersediaan lapangan kerja, investasi, dan menurunnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Resesi dianggap sebagai hal yang “lumrah” dalam siklus perekonomian suatu negara. Namun jika hal ini berlangsung terlalu lama dapat mengarah pada kondisi depresi ekonomi. Bahkan hal yang lebih buruk lagi dapat mengakibatkan terjadi kebangkrutan ekonomi atau yang lebih dikenal dengan economy collaps.
Berkaca dari sejarah, resesi mungkin saja terjadi di Indonesia. Setidaknya Indonesia telah mengalami resesi selama tiga kali yaitu pada tahun 1930, 1965 dan 1997-1998.
Menurut Agus Dermawan Wintarto Martowardojo di halaman cnbcindonesia.com, Indonesia di tahun 2020 berada di ambang resesi. Karena kondisi saat ini memiliki kemiripan dengan kondisi di tahun 1930. Bahkan tanda-tandanya sudah terasa sejak 5 bulan terjadinya pandemi CoVid-19.
Menurut data yang disampaikan cnbcindonesia.com, ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami minus 3,8 persen di kuartal II 2020, dan minus 1,6 persen di kuartal III 2020. Jika hal ini benar-benar terjadi maka indonesia positif mengalami resesi. Karena menurut ilmu ekonomi, jika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus pada dua kuartal secara berturut-turut maka negara tersebut dikategorikan mengalami resesi.
Selain dari sisi ekonomi, pandemi juga turut memberikan dampak sosial. Akibatnya saat ini orang tidak bisa melakukan aktivitas normal seperti mengadakan pertemuan, hajatan, maupun shalat berjamaah di masjid. Buruknya lagi, banyak orang yang kini kehilangan pekerjaan karena semuanya harus dilakukan di rumah.
Terjadinya resesi di suatu negara ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak diimbangi dengan penerimaan tenaga kerja. Banyak perusahaan yang mengumumkan PHK massal.
Salah satu negara yang saat ini telah mengkonfirmasi resesi ekonomi adalah Singapura. Pertumbuhan ekonomi di negara ini mengalami minus pada kuartal II 2020. Tingkat pengangguran pada bulan juli 2020 semakin meningkat. Wabah corona yang melanda seluruh dunia memberikan pukulan keras terhadap negara yang fokus pada bidang niaga ini.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah bisa dikategorikan mengalami resesi?
Saat ini Indonesia memang belum menyatakan mengalami resesi, namun sebaiknya kita mempunyai persiapan yang matang. Sehingga ketika hal terburuk terjadi, secara finansial kita sudah stabil dan tidak terpengaruh banyak. Seperti yang dilansir forbes.com, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi resesi:
Sekalipun dalam kondisi normal, utang atau pinjaman bisa mengantarkan Anda pada kondisi keuangan yang kurang sehat. Sehingga jika Anda sudah terlanjur memiliki tunggakan cicilan seperti biaya asuransi, kartu kredit, cicilan rumah, dan biaya pendidikan, sebaiknya segera diselesaikan terlebih dahulu.
Semakin sedikit tunggakan yang dimiliki, kondisi keuangan Anda akan semakin stabil. Ketika resesi terjadi dengan skenario terburuk kehilangan pekerjaan, maka Anda tidak akan berat mengatasinya.
Baca juga: Cara Membeli Rumah Tanpa Hutang
Saat terjadi resesi sangat penting untuk memiliki uang simpanan, entah itu berupa uang tunai yang terlihat wujud fisiknya. Ataupun uang yang tidak terlihat secara fisiknya, seperti uang yang disimpan di bank dan dana pensiun.
Setidaknya ada dua alasan kenapa uang simpanan itu penting. Pertama, dana tersebut bisa menjadi “penyelamat” di saat kondisi genting. Meskipun terlihat seperti masalah kecil, namun jika tidak tertangani dengan baik, masalah tersebut bisa menjadi besar bak bola salju.
Alasan keduanya, berhubungan dengan pembahasan berikutnya.
Saat terjadi resesi biasanya orang merasa panik, sehingga sebagian besar dari mereka menjual banyak aset yang dimilikinya. Hal ini bisa dikatakan wajar karena saat resesi terjadi, ketersedian uang cash sangat diperlukan.
Meski begitu, langkah ini kurang bijak dilakukan oleh orang yang masih bisa bekerja dengan “normal” alias tidak kena PHK. Karena resesi justru merupakan salah satu momen terbaik untuk melakukan investasi. Mengenai masalah ini tentunya kita harus ingat kembali poin sebelumnya “Cash is King”, untuk bisa melakukan investasi diperlukan ketersediaan dana yang cukup.
Kebanyakan lahan investasi mengalami penurunan harga saat resesi terjadi. Kalaupun tidak terjadi penurunan harga, ada sedikit perlambatan kenaikan harga. Contoh terbaiknya adalah properti.
Seperti yang kita ketahui, harga properti selalu naik setiap tahunnya. Namun ketika terjadi resesi para pemain properti harus mengatur ulang strategi supaya produknya tetap bisa laku tanpa harus menurunkan harganya. Karena boro-boro membeli rumah atau tanah, kebanyakan orang cenderung mengambil langkah yang hati-hati saat melakukan pengeluaran.
Ada banyak strategi yang diambil oleh para pengembang properti, mulai dari menawarkan promo menarik, sampai membuat skema pembayaran yang lebih memudahkan konsumennya.
Salah satu contoh developer properti yang menerapkan strategi ini adalah Sharia Green Land. Dimana dua proyeknya (Sharia Islamic Soreang dan Sukamanah Islamic Village) menawarkan program yang serupa untuk mempermudah konsumen dalam melakukan pembayaran. Program tersebut dinamakan “Nabung Tanah” dan “Nabung Rumah”.
Maksud intellectual assets ini lebih mengarah kepada pengembangan diri. Resesi bisa dikatakan sebagai salah satu waktu terbaik untuk meningkatkan skill, terlebih lagi jika Anda kehilangan pekerjaan.
Saat ini ada banyak kursus online yang bisa diakses tanpa harus keluar rumah. Anda bisa mendapatkan sertifikat saat kursusnya telah selesai. Skill yang disertai sertifikat ini bisa Anda jadikan bekal untuk mencari pekerjaan baru saat resesi selesai.
Kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi meskipun kondisi perekonomian terus memburuk. Maka mau tidak mau kita harus mencari usaha sampingan untuk mendapatkan pemasukkan. Misalnya, saat terjadi pandemi, bisnis online menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan, mulai dari jualan makanan hingga jualan produk kesehatan.
Resesi merupakan hal yang harus siap kita hadapi, karena termasuk bagian dari siklus perekonomian. Yang menjadi masalah adalah saat kita tidak siap menghadapinya. Kondisi yang tidak siap bisa menjadikan resesi sebagai batu sandungan dalam menjalani roda kehidupan.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi? Anda bisa mengambil beberapa langkah seperti melunasi segala bentuk pinjaman, menyiapkan dana darurat, melakukan investasi, membangun Intellectual Assets, dan mencari usaha sampingan.
Demikian pembahasan mengenai “apa yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi?”. jika Anda memiliki masukkan dan saran, silakan isi kolom komentar. Jangan lupa juga share jika tulisan ini bermanfaat serta nyalakan tombol notifikasi untuk artikel bermanfaat lainnya. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)
Resesi merupakan hal yang harus siap kita hadapi, karena termasuk bagian dari siklus perekonomian. Yang menjadi masalah adalah saat kita tidak siap menghadapinya.
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari pandemi corona bukanlah penyakitnya melainkan efek buruk yang diakibatkannya. Baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Terbukti saat ini banyak negara yang sudah mengalami perlambatan ekonomi gara-gara pandemi ini. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang yang mulai mencari tahu mengenai “Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi?”
Sebenarnya resesi bukanlah sesuatu yang menakutkan jika kita mempersiapkannya dengan baik. Karena resesi sudah menjadi salah satu bagian dari siklus perekonomian yang sifatnya alami. Rentang waktunya pun relatif tidak berlangsung lama, yaitu sekitar 11 bulan. Demikian yang disampaikan oleh halaman economy.okezone.com.
Meski begitu kita harus tetap waspada untuk menghadapi kondisi terburuk dengan mengambil langkah-langkah preventif.
Lalu, “Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi?”
Mari kita urut dengan mengetahui dulu apa itu resesi.
Resesi bisa diartikan sebagai penurunan kegiatan ekonomi yang signifikan. Hal ini bisa terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dampak yang diakibatkannya dapat mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi seperti ketersediaan lapangan kerja, investasi, dan menurunnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Resesi dianggap sebagai hal yang “lumrah” dalam siklus perekonomian suatu negara. Namun jika hal ini berlangsung terlalu lama dapat mengarah pada kondisi depresi ekonomi. Bahkan hal yang lebih buruk lagi dapat mengakibatkan terjadi kebangkrutan ekonomi atau yang lebih dikenal dengan economy collaps.
Berkaca dari sejarah, resesi mungkin saja terjadi di Indonesia. Setidaknya Indonesia telah mengalami resesi selama tiga kali yaitu pada tahun 1930, 1965 dan 1997-1998.
Menurut Agus Dermawan Wintarto Martowardojo di halaman cnbcindonesia.com, Indonesia di tahun 2020 berada di ambang resesi. Karena kondisi saat ini memiliki kemiripan dengan kondisi di tahun 1930. Bahkan tanda-tandanya sudah terasa sejak 5 bulan terjadinya pandemi CoVid-19.
Menurut data yang disampaikan cnbcindonesia.com, ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami minus 3,8 persen di kuartal II 2020, dan minus 1,6 persen di kuartal III 2020. Jika hal ini benar-benar terjadi maka indonesia positif mengalami resesi. Karena menurut ilmu ekonomi, jika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus pada dua kuartal secara berturut-turut maka negara tersebut dikategorikan mengalami resesi.
Selain dari sisi ekonomi, pandemi juga turut memberikan dampak sosial. Akibatnya saat ini orang tidak bisa melakukan aktivitas normal seperti mengadakan pertemuan, hajatan, maupun shalat berjamaah di masjid. Buruknya lagi, banyak orang yang kini kehilangan pekerjaan karena semuanya harus dilakukan di rumah.
Terjadinya resesi di suatu negara ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak diimbangi dengan penerimaan tenaga kerja. Banyak perusahaan yang mengumumkan PHK massal.
Salah satu negara yang saat ini telah mengkonfirmasi resesi ekonomi adalah Singapura. Pertumbuhan ekonomi di negara ini mengalami minus pada kuartal II 2020. Tingkat pengangguran pada bulan juli 2020 semakin meningkat. Wabah corona yang melanda seluruh dunia memberikan pukulan keras terhadap negara yang fokus pada bidang niaga ini.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah bisa dikategorikan mengalami resesi?
Saat ini Indonesia memang belum menyatakan mengalami resesi, namun sebaiknya kita mempunyai persiapan yang matang. Sehingga ketika hal terburuk terjadi, secara finansial kita sudah stabil dan tidak terpengaruh banyak. Seperti yang dilansir forbes.com, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi resesi:
Sekalipun dalam kondisi normal, utang atau pinjaman bisa mengantarkan Anda pada kondisi keuangan yang kurang sehat. Sehingga jika Anda sudah terlanjur memiliki tunggakan cicilan seperti biaya asuransi, kartu kredit, cicilan rumah, dan biaya pendidikan, sebaiknya segera diselesaikan terlebih dahulu.
Semakin sedikit tunggakan yang dimiliki, kondisi keuangan Anda akan semakin stabil. Ketika resesi terjadi dengan skenario terburuk kehilangan pekerjaan, maka Anda tidak akan berat mengatasinya.
Baca juga: Cara Membeli Rumah Tanpa Hutang
Saat terjadi resesi sangat penting untuk memiliki uang simpanan, entah itu berupa uang tunai yang terlihat wujud fisiknya. Ataupun uang yang tidak terlihat secara fisiknya, seperti uang yang disimpan di bank dan dana pensiun.
Setidaknya ada dua alasan kenapa uang simpanan itu penting. Pertama, dana tersebut bisa menjadi “penyelamat” di saat kondisi genting. Meskipun terlihat seperti masalah kecil, namun jika tidak tertangani dengan baik, masalah tersebut bisa menjadi besar bak bola salju.
Alasan keduanya, berhubungan dengan pembahasan berikutnya.
Saat terjadi resesi biasanya orang merasa panik, sehingga sebagian besar dari mereka menjual banyak aset yang dimilikinya. Hal ini bisa dikatakan wajar karena saat resesi terjadi, ketersedian uang cash sangat diperlukan.
Meski begitu, langkah ini kurang bijak dilakukan oleh orang yang masih bisa bekerja dengan “normal” alias tidak kena PHK. Karena resesi justru merupakan salah satu momen terbaik untuk melakukan investasi. Mengenai masalah ini tentunya kita harus ingat kembali poin sebelumnya “Cash is King”, untuk bisa melakukan investasi diperlukan ketersediaan dana yang cukup.
Kebanyakan lahan investasi mengalami penurunan harga saat resesi terjadi. Kalaupun tidak terjadi penurunan harga, ada sedikit perlambatan kenaikan harga. Contoh terbaiknya adalah properti.
Seperti yang kita ketahui, harga properti selalu naik setiap tahunnya. Namun ketika terjadi resesi para pemain properti harus mengatur ulang strategi supaya produknya tetap bisa laku tanpa harus menurunkan harganya. Karena boro-boro membeli rumah atau tanah, kebanyakan orang cenderung mengambil langkah yang hati-hati saat melakukan pengeluaran.
Ada banyak strategi yang diambil oleh para pengembang properti, mulai dari menawarkan promo menarik, sampai membuat skema pembayaran yang lebih memudahkan konsumennya.
Salah satu contoh developer properti yang menerapkan strategi ini adalah Sharia Green Land. Dimana dua proyeknya (Sharia Islamic Soreang dan Sukamanah Islamic Village) menawarkan program yang serupa untuk mempermudah konsumen dalam melakukan pembayaran. Program tersebut dinamakan “Nabung Tanah” dan “Nabung Rumah”.
Maksud intellectual assets ini lebih mengarah kepada pengembangan diri. Resesi bisa dikatakan sebagai salah satu waktu terbaik untuk meningkatkan skill, terlebih lagi jika Anda kehilangan pekerjaan.
Saat ini ada banyak kursus online yang bisa diakses tanpa harus keluar rumah. Anda bisa mendapatkan sertifikat saat kursusnya telah selesai. Skill yang disertai sertifikat ini bisa Anda jadikan bekal untuk mencari pekerjaan baru saat resesi selesai.
Kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi meskipun kondisi perekonomian terus memburuk. Maka mau tidak mau kita harus mencari usaha sampingan untuk mendapatkan pemasukkan. Misalnya, saat terjadi pandemi, bisnis online menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan, mulai dari jualan makanan hingga jualan produk kesehatan.
Resesi merupakan hal yang harus siap kita hadapi, karena termasuk bagian dari siklus perekonomian. Yang menjadi masalah adalah saat kita tidak siap menghadapinya. Kondisi yang tidak siap bisa menjadikan resesi sebagai batu sandungan dalam menjalani roda kehidupan.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi? Anda bisa mengambil beberapa langkah seperti melunasi segala bentuk pinjaman, menyiapkan dana darurat, melakukan investasi, membangun Intellectual Assets, dan mencari usaha sampingan.
Demikian pembahasan mengenai “apa yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi?”. jika Anda memiliki masukkan dan saran, silakan isi kolom komentar. Jangan lupa juga share jika tulisan ini bermanfaat serta nyalakan tombol notifikasi untuk artikel bermanfaat lainnya. Terima kasih.
(Diedit oleh Nizar Tegar)