Salah satu bentuk ukhuwah lslamiyah di antara sesama Muslim adalah saling mengunjungi (ziarah). Selain agar lebih mengenal satu dengan yang lain, ziarah bisa memperkuat tali persaudaraan dan menyuburkan sifat saling tolong-menolong. Sebaliknya, seseorang yang jarang bergaul dan ziarah ke rumah saudaranya yang Muslim, tentu saja ia tidak akan dikenal. Jika tidak atau kurang mengenal, niscaya tidak ada rasa memiliki dan mencintai. Akibatnya, mereka cenderung memikirkan diri sendiri iri, kurang peduli dengan sesama, dan acuh tak acuh dengan keadaan orang lain, padahal mereka adalah saudara seiman.
Untuk itu, Rasulullah SAW. mendorong kaum Muslim untuk berziarah kepada sesama Muslim, memperhatikan keadaan mereka, serta berusaha sekuat tenaga membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan.
Adapun terhadap orang kafir, seorang Muslim tidak dilarang mengunjungi mereka untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya melakukan mu’amalah, mendakwahi mereka, atau sekedar untuk menjalin hubungan baik sesama manusia.
Dalam banyak riwayat dituturkan keutamaan dan keberkahan ziarah. Riwayat-riwayat ini mendorong kaum Muslim, agar mereka selalu bersemangat dan ringan kaki mengunjungi orang lain, baik kerabat maupun sesama Muslim.
Abu Hurairah berkata:
Dalam sebuah hadits dituturkan bahwa Nabi SAW. bersabda:
Dari Abu Hurairah diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karea Allah, niscaya ada dua malaikat yang menyerukan, “Bagus kamu dan baguslah perjalananmu, serta telah disediakan buah kamu tempat di surqa.” (HR. Imam Tirmidziy).
Di dalam banyak hadits diriwayatkan bahwasanya para shahabat biasa saling mengunjungi, hingga ziarah menjadi kebiasaan masyarakat dan individu-individu kaum Muslim. Perhatikan riwayat-riwayat berikut ini.
Baca juga: 8 Cara Menyambung Silaturahmi Untuk Menggapai Surgawi
Dari Anas ra diriwayatkan, tatkala Rasulullah SAW. telah wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra:
Riwayat ini menunjukkan bahwa salah satu cara meningkatkan ketaqwaan adalah mengunjungi orang-orang shaleh.
Ummu Darda’ berkata:
Salman pernah mengunjungi kami. Dia berjalan dari Madain ke Syam. la hanya menggunakan pakaian dan sandal. Ibnu Syaudzab berkata, ‘”Salman terlihat mengenakan pakaian di mana kepalanya telah dicukur, dan telinganya tebar, maksudnya telinganya tinggi. Lalu, ada yang berkata kepadanya, “Engkau menjadikan jelek dirimu. “Salman menjawab, “Sesungguhnya, kebaikan itu adalah kebaikan akhirat.” (HR. Imam Bukhari dalam Al-Al-Adab al-Mufrad).
Anas bin Malik ra meriwayatkan:
Rasulullah SAW. pernah menguniungi rumah orang Anshar. Beliau SAW. lalu makan di tempat itu, dan tatkala Beliau SAW. keluar, Beliau meminta tempat di dalam rumah itu. Lantas, orang itu menyiapkan tanah yang datar, dan Beliau pun shalat di atas tanah datar tersebut dan mendoakan mereka. (HR. Imam Bukhari dalam AI-AI-Adab al-Munfrad).
Masih banyak riwayat lain yang menuturkan berkunjungnya para shahabat ke rumah shahabat yang lain. Dari riwayat-riwayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa saling mengunjungi sesama Muslim karena Allah merupakan tradisi generasi salafush shalih.
Sayangnya, tradisi baik ini semakin Iuntur, bahkan hampir-hampir menjadi sesuatu yang asing di tengah-tengah masyarakat kapitalis-sekuler. Lebih-lebih lagi, di kota-kota besar; antar tetangga tidak saling kenal dan sapa. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri, dan seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk melakukan ziarah, atau sekedar bertutur sapa dengan tetangganya. Fisik mereka berdekatan, namun hati mereka terpisah dan terasing satu dengan yang lain.
Sistem kapitalis-sekuler benar-benar telah meruntuhkan tradisi-tradisi luhur Islam yang dahulu pernah dibina oleh generasi salafus shalih. Bahkan, sistem kufur ini memberangus aturan dan nilai-nilai Islam dari kehidupan masyarakat. Akibatnya, kaum Muslim menjadi asing dengan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Mereka kehilangan tradisi dan nilai-nilai Iuhur yang diwariskan Rasulullah SAW.
Menghidupkan tradisi ziarah dan bertamu merupakan langkah nyata untuk menegakkan kembali sunnah Rasulullah SAW., sekaligus memberangus budaya kaum kapitalis dari tengah-tengah kaum Muslim.
Baca juga: Penting Banget! Pilihlah Tetangga Yang Baik Sebelum Membeli Rumah
Daftar Pustaka
Syamsuddin Ramadlan an-Nawiy, Fathiy (2018). Fiqih Bertetangga. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing.
Salah satu bentuk ukhuwah lslamiyah di antara sesama Muslim adalah saling mengunjungi (ziarah). Selain agar lebih mengenal satu dengan yang lain, ziarah bisa memperkuat tali persaudaraan dan menyuburkan sifat saling tolong-menolong. Sebaliknya, seseorang yang jarang bergaul dan ziarah ke rumah saudaranya yang Muslim, tentu saja ia tidak akan dikenal. Jika tidak atau kurang mengenal, niscaya tidak ada rasa memiliki dan mencintai. Akibatnya, mereka cenderung memikirkan diri sendiri iri, kurang peduli dengan sesama, dan acuh tak acuh dengan keadaan orang lain, padahal mereka adalah saudara seiman.
Untuk itu, Rasulullah SAW. mendorong kaum Muslim untuk berziarah kepada sesama Muslim, memperhatikan keadaan mereka, serta berusaha sekuat tenaga membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan.
Adapun terhadap orang kafir, seorang Muslim tidak dilarang mengunjungi mereka untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya melakukan mu’amalah, mendakwahi mereka, atau sekedar untuk menjalin hubungan baik sesama manusia.
Dalam banyak riwayat dituturkan keutamaan dan keberkahan ziarah. Riwayat-riwayat ini mendorong kaum Muslim, agar mereka selalu bersemangat dan ringan kaki mengunjungi orang lain, baik kerabat maupun sesama Muslim.
Abu Hurairah berkata:
Dalam sebuah hadits dituturkan bahwa Nabi SAW. bersabda:
Dari Abu Hurairah diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karea Allah, niscaya ada dua malaikat yang menyerukan, “Bagus kamu dan baguslah perjalananmu, serta telah disediakan buah kamu tempat di surqa.” (HR. Imam Tirmidziy).
Di dalam banyak hadits diriwayatkan bahwasanya para shahabat biasa saling mengunjungi, hingga ziarah menjadi kebiasaan masyarakat dan individu-individu kaum Muslim. Perhatikan riwayat-riwayat berikut ini.
Baca juga: 8 Cara Menyambung Silaturahmi Untuk Menggapai Surgawi
Dari Anas ra diriwayatkan, tatkala Rasulullah SAW. telah wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra:
Riwayat ini menunjukkan bahwa salah satu cara meningkatkan ketaqwaan adalah mengunjungi orang-orang shaleh.
Ummu Darda’ berkata:
Salman pernah mengunjungi kami. Dia berjalan dari Madain ke Syam. la hanya menggunakan pakaian dan sandal. Ibnu Syaudzab berkata, ‘”Salman terlihat mengenakan pakaian di mana kepalanya telah dicukur, dan telinganya tebar, maksudnya telinganya tinggi. Lalu, ada yang berkata kepadanya, “Engkau menjadikan jelek dirimu. “Salman menjawab, “Sesungguhnya, kebaikan itu adalah kebaikan akhirat.” (HR. Imam Bukhari dalam Al-Al-Adab al-Mufrad).
Anas bin Malik ra meriwayatkan:
Rasulullah SAW. pernah menguniungi rumah orang Anshar. Beliau SAW. lalu makan di tempat itu, dan tatkala Beliau SAW. keluar, Beliau meminta tempat di dalam rumah itu. Lantas, orang itu menyiapkan tanah yang datar, dan Beliau pun shalat di atas tanah datar tersebut dan mendoakan mereka. (HR. Imam Bukhari dalam AI-AI-Adab al-Munfrad).
Masih banyak riwayat lain yang menuturkan berkunjungnya para shahabat ke rumah shahabat yang lain. Dari riwayat-riwayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa saling mengunjungi sesama Muslim karena Allah merupakan tradisi generasi salafush shalih.
Sayangnya, tradisi baik ini semakin Iuntur, bahkan hampir-hampir menjadi sesuatu yang asing di tengah-tengah masyarakat kapitalis-sekuler. Lebih-lebih lagi, di kota-kota besar; antar tetangga tidak saling kenal dan sapa. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri, dan seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk melakukan ziarah, atau sekedar bertutur sapa dengan tetangganya. Fisik mereka berdekatan, namun hati mereka terpisah dan terasing satu dengan yang lain.
Sistem kapitalis-sekuler benar-benar telah meruntuhkan tradisi-tradisi luhur Islam yang dahulu pernah dibina oleh generasi salafus shalih. Bahkan, sistem kufur ini memberangus aturan dan nilai-nilai Islam dari kehidupan masyarakat. Akibatnya, kaum Muslim menjadi asing dengan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Mereka kehilangan tradisi dan nilai-nilai Iuhur yang diwariskan Rasulullah SAW.
Menghidupkan tradisi ziarah dan bertamu merupakan langkah nyata untuk menegakkan kembali sunnah Rasulullah SAW., sekaligus memberangus budaya kaum kapitalis dari tengah-tengah kaum Muslim.
Baca juga: Penting Banget! Pilihlah Tetangga Yang Baik Sebelum Membeli Rumah
Daftar Pustaka
Syamsuddin Ramadlan an-Nawiy, Fathiy (2018). Fiqih Bertetangga. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing.