Aku rindu lingkungan yang Islami membuat aku merasa sangat nyaman sekali. Sedari kecil aku telah diajari bagaimana cara menjadi manusia yang baik. Melakukan segala perbuatan yang baik dan sesuai syariah merupakan kebiasaanku. Hidupku terasa aman, nyaman dan sangat bahagia rasanya bisa menjalankan segala sesuatu sesuai syariah. Namun setelah aku beranjak dewasa dan bekerja aku lupa cara menjalankan syariah. Pindah di kota besar membuat aku semakin lama semakin masuk dalam dunia kesesatan. Segala sesuatu aku jalankan untuk memperlancar bisnis yang sedang aku jalankan. Tanpa memperdulikan apakah usaha tersebut bersih dari riba atau tidak aku tetap menjalankan bisnisku. Lama kelamaan aku pun semakin jauh dari lingkungan yang islami.
Bicara tentang bisnis yang sangat menjanjikan anda pastinya tahu bisnis apa yang harus anda jalankan. Ya, bisnis riba merupakan bisnis paling menjanjikan namun merupakan bisnis paling menyesatkan. Aku memang telah memperoleh banyak uang dari menjalankan bisnis ini. Simulasi KPR yang awalnya tidak menghasilkan banyak keuntungan dibuat menjadi menguntungkan. Aku bisa memperoleh banyak uang dari orang yang sedang melakukan pembelian rumah. Padahal aku hanyalah seorang marketing sebuah bisnis property. Uang yang mengandung riba bisa aku peroleh dalam hitungan detik. Hasilnya juga langsung banyak tidak hanya sedikit dan jumlahnya berkali lipat.
Masa bodoh terhadap tetangga merupakan lingkungan rumah di sekitarku. Semakin lama tinggal di lingkungan semacam ini akan semakin jauh dari lingkungan Islami. Bagaimana tidak Rosulullah SAW selalu memerintahkan kita untuk ramah terhadap tetangga. Namun dalam kasus ini malah tidak ada yang ramah dengan tetangga. Maka dari itu keputusan untuk beli rumah di kawasan seperti ini adalah kesalahan besarku. Harusnya aku memilih rumah yang berada di kawasan yang ramah penduduknya. Tidak seperti disini yang punya kepentingan masing-masing. Bahkan kalau nanti aku sakit pun tidak ada yang mengetahui. Betapa riskannya lingkunganku sekarang? Padahal dulu aku tinggal di lingkungan yang sangat kental dengan agama Islam.
Selain lingkungan rumah lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi perubahan sikapku yang semakin menjadi. Kerja tanpa batas untuk menghubungi konsumen yang ingin beli rumah mewah adalah pekerjaan utamaku. Kalau tidak bisa mendapatkan konsumen yang melakukan pembelian rumah maka kami tidak makan. Penghasilan kami berasal dari perhitungan keuntungan dalam pembelian rumah. Rumah yang dijual bernilai sangat mahal terutama yang mengandung riba. Dari situlah gaji kami berasal, keuntungan riba. Mungkin karena pengaruh harta perolehan itulah yang membuat aku semakin jauh. Jauhnya aku dari Allah SWT bermula dari makan dari penghasilan yang haram.
Dulunya segala sesuatu ku nilai melalui kacamata agama, namun sekarang tidak. Segala sesuatu yang ku lakukan aku ukur dengan uang. Semua uang dan uang, bagiku segala sesuatu bisa ku beli dengan uang. Namun aku lupa bahwa kini agamaku juga telah terbeli oleh uang. Aku mengabaikan segala perintah agama dan tidak pernah lagi menyembah Allah SWT. Allah sesembahan yang harusnya menjadi tempatku berkeluh kesah aku abaikan begitu saja. Keluh kesahku pun lari ke dalam hal-hal negatif lainnya. Hidupku hancur tanpa terkira setelah mengenal riba. Alhasil aku pun kehilangan cahaya kehidupan ku, hidupku tidak tahu arah dan semakin lama semakin kelam.
Harusnya dulu aku memilih jalan yang ditawarkan oleh Allah kepadaku. Jalan tersebut memang terlihat lebih sulit namun nyatanya lebih. Ada dua pilihan yang harus kupilih saat itu. Kredit rumah syariah atau kredit biasa namun aku memilih untuk kredit biasa karena keuntungannya lebih besar. Sejak saat itulah semua rasanya berubah semakin cepat. Aku semakin lama semakin menyukai harta dan semakin tidak bisa mengendalikan keinginanku menguasai harta. Harta bagiku adalah sumber kehidupan yang bisa membeli apapun, padahal aku salah. Akad yang ada dalam kredit biasa bukan merupakan akad syariah. Bahkan aku cenderung memaksakan kehendakku pada orang lain untuk membeli secara kredit.
Kebaikan yang hakiki merupakan kebaikan atas macam-macam akad yang ada. Akad terbagi atas dua jenis yakni akad shahih dan bathil. Kedua akad di atas tinggal bagaimana anda memilih. Hal ini semacam memilih anda mau memilih jalan yang mana, jalan yang baik atau jalan yang buruk. Kalau kita bisa memilih yang baik maka kita akan memilih akad yang shahih dan meninggalkan yang bathil. Karena akad yang shahih akan memberikan anda kebaikan. Tidak hanya kebaikan di dunia namun kebaikan di akhirat. Bukankah kita hidup untuk akhirat? Maka dari itu seharusnya dalam menjalani kehidupan kita bisa menselaraskan antara keduanya.
Setelah hidupku hancur aku baru menyadari bahwa selama ini aku telah salah memilih jalanku. Aku sadar bahwa segala yang telah aku lakukan selama ini membuat aku lupa makna dari tujuan hidupku. Terus saja aku berusaha untuk membuat orang lain masuk ke dalam suatu jurang kesesatan. Padahal mereka bisa saja beli rumah rumah tanpa harus beli di tempatku. Terus saja mereka aku paksa padahal ada penjual property syariah. Pikiranku mengetahui hal tersebut namun tidak mau merubah mindset. Terus saja aku melakukan hal-hal tidak benar hingga akhirnya aku benar-benar terpuruk. Baik dunia maupun akhirat tidak ada yang bisa aku rengkuh. Semua menjauh sangat mudah dan semakin lama semakin jauh. Saat itulah aku berusaha merengkuhnya kembali.
Setelah tak lagi memiliki apapun rasa rindu akan rumah mulai muncul lagi. Aku merasa rumah adalah tempat terbaik berkeluh kesah. Rumah akan menerimamu sekalipun aku bukan lagi menjadi siapa-siapa. Keluarga merupakan orang pertama yang akan merangkul kita ketika kita berada di bawah. Sejak saat itulah aku berusaha untuk kembali sedikit demi sedikit. Berusaha merengkuh kembali akhiratku yang hampir saja lenyap pergi. Umurku mungkin memang tak panjang lagi, maka aku pun berusaha untuk melakukannya sesegara mungkin. Bertobat menuju ke jalan kebenaran bersama Allah SWT.
Awalnya memang sangat sulit, namun aku yakin Allah akan merestui langkahku ini. Aku ingin membentuk masyarakat tanpa riba. Aku membangun rumah untuk muslim berdasarkan konsep syariah. Harapan besarku aku mampu menciptakan rumah idaman untuk para muslim. Ketika nanti aku bisa hidup di antara orang-orang baik maka aku pun akan menjadi baik. Kebaikan itu akan ada di sekelilingku dan akan membuatku semakin baik. Inilah mengapa aku selalu ingin menciptakan lingkungan yang Islami lagi. Dengan begitu aku bisa bermanfaat untuk orang lain juga tidak hanya untuk diriku sendiri. Betapa ini akan sangat menyenangkan bagiku.
Menjalani kehidupan yang menyesatkan dalam jalan riba adalah pilihanku sendiri. Namun menjalani kehidupan seperti itu nyatanya tidak membuatku bahagia. Aku sangat merindukan suasana lingkungan yang Islami. seperti lingkungan islami yang ada di 5 Perumahan Syariah Terbaik di Indonesia Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan lingkungan Islami. Karena sejatinya apa yang kita lakukan di dunia semua untuk kehidupan akhirat kelak.
Aku rindu lingkungan yang Islami membuat aku merasa sangat nyaman sekali. Sedari kecil aku telah diajari bagaimana cara menjadi manusia yang baik. Melakukan segala perbuatan yang baik dan sesuai syariah merupakan kebiasaanku. Hidupku terasa aman, nyaman dan sangat bahagia rasanya bisa menjalankan segala sesuatu sesuai syariah. Namun setelah aku beranjak dewasa dan bekerja aku lupa cara menjalankan syariah. Pindah di kota besar membuat aku semakin lama semakin masuk dalam dunia kesesatan. Segala sesuatu aku jalankan untuk memperlancar bisnis yang sedang aku jalankan. Tanpa memperdulikan apakah usaha tersebut bersih dari riba atau tidak aku tetap menjalankan bisnisku. Lama kelamaan aku pun semakin jauh dari lingkungan yang islami.
Bicara tentang bisnis yang sangat menjanjikan anda pastinya tahu bisnis apa yang harus anda jalankan. Ya, bisnis riba merupakan bisnis paling menjanjikan namun merupakan bisnis paling menyesatkan. Aku memang telah memperoleh banyak uang dari menjalankan bisnis ini. Simulasi KPR yang awalnya tidak menghasilkan banyak keuntungan dibuat menjadi menguntungkan. Aku bisa memperoleh banyak uang dari orang yang sedang melakukan pembelian rumah. Padahal aku hanyalah seorang marketing sebuah bisnis property. Uang yang mengandung riba bisa aku peroleh dalam hitungan detik. Hasilnya juga langsung banyak tidak hanya sedikit dan jumlahnya berkali lipat.
Masa bodoh terhadap tetangga merupakan lingkungan rumah di sekitarku. Semakin lama tinggal di lingkungan semacam ini akan semakin jauh dari lingkungan Islami. Bagaimana tidak Rosulullah SAW selalu memerintahkan kita untuk ramah terhadap tetangga. Namun dalam kasus ini malah tidak ada yang ramah dengan tetangga. Maka dari itu keputusan untuk beli rumah di kawasan seperti ini adalah kesalahan besarku. Harusnya aku memilih rumah yang berada di kawasan yang ramah penduduknya. Tidak seperti disini yang punya kepentingan masing-masing. Bahkan kalau nanti aku sakit pun tidak ada yang mengetahui. Betapa riskannya lingkunganku sekarang? Padahal dulu aku tinggal di lingkungan yang sangat kental dengan agama Islam.
Selain lingkungan rumah lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi perubahan sikapku yang semakin menjadi. Kerja tanpa batas untuk menghubungi konsumen yang ingin beli rumah mewah adalah pekerjaan utamaku. Kalau tidak bisa mendapatkan konsumen yang melakukan pembelian rumah maka kami tidak makan. Penghasilan kami berasal dari perhitungan keuntungan dalam pembelian rumah. Rumah yang dijual bernilai sangat mahal terutama yang mengandung riba. Dari situlah gaji kami berasal, keuntungan riba. Mungkin karena pengaruh harta perolehan itulah yang membuat aku semakin jauh. Jauhnya aku dari Allah SWT bermula dari makan dari penghasilan yang haram.
Dulunya segala sesuatu ku nilai melalui kacamata agama, namun sekarang tidak. Segala sesuatu yang ku lakukan aku ukur dengan uang. Semua uang dan uang, bagiku segala sesuatu bisa ku beli dengan uang. Namun aku lupa bahwa kini agamaku juga telah terbeli oleh uang. Aku mengabaikan segala perintah agama dan tidak pernah lagi menyembah Allah SWT. Allah sesembahan yang harusnya menjadi tempatku berkeluh kesah aku abaikan begitu saja. Keluh kesahku pun lari ke dalam hal-hal negatif lainnya. Hidupku hancur tanpa terkira setelah mengenal riba. Alhasil aku pun kehilangan cahaya kehidupan ku, hidupku tidak tahu arah dan semakin lama semakin kelam.
Harusnya dulu aku memilih jalan yang ditawarkan oleh Allah kepadaku. Jalan tersebut memang terlihat lebih sulit namun nyatanya lebih. Ada dua pilihan yang harus kupilih saat itu. Kredit rumah syariah atau kredit biasa namun aku memilih untuk kredit biasa karena keuntungannya lebih besar. Sejak saat itulah semua rasanya berubah semakin cepat. Aku semakin lama semakin menyukai harta dan semakin tidak bisa mengendalikan keinginanku menguasai harta. Harta bagiku adalah sumber kehidupan yang bisa membeli apapun, padahal aku salah. Akad yang ada dalam kredit biasa bukan merupakan akad syariah. Bahkan aku cenderung memaksakan kehendakku pada orang lain untuk membeli secara kredit.
Kebaikan yang hakiki merupakan kebaikan atas macam-macam akad yang ada. Akad terbagi atas dua jenis yakni akad shahih dan bathil. Kedua akad di atas tinggal bagaimana anda memilih. Hal ini semacam memilih anda mau memilih jalan yang mana, jalan yang baik atau jalan yang buruk. Kalau kita bisa memilih yang baik maka kita akan memilih akad yang shahih dan meninggalkan yang bathil. Karena akad yang shahih akan memberikan anda kebaikan. Tidak hanya kebaikan di dunia namun kebaikan di akhirat. Bukankah kita hidup untuk akhirat? Maka dari itu seharusnya dalam menjalani kehidupan kita bisa menselaraskan antara keduanya.
Setelah hidupku hancur aku baru menyadari bahwa selama ini aku telah salah memilih jalanku. Aku sadar bahwa segala yang telah aku lakukan selama ini membuat aku lupa makna dari tujuan hidupku. Terus saja aku berusaha untuk membuat orang lain masuk ke dalam suatu jurang kesesatan. Padahal mereka bisa saja beli rumah rumah tanpa harus beli di tempatku. Terus saja mereka aku paksa padahal ada penjual property syariah. Pikiranku mengetahui hal tersebut namun tidak mau merubah mindset. Terus saja aku melakukan hal-hal tidak benar hingga akhirnya aku benar-benar terpuruk. Baik dunia maupun akhirat tidak ada yang bisa aku rengkuh. Semua menjauh sangat mudah dan semakin lama semakin jauh. Saat itulah aku berusaha merengkuhnya kembali.
Setelah tak lagi memiliki apapun rasa rindu akan rumah mulai muncul lagi. Aku merasa rumah adalah tempat terbaik berkeluh kesah. Rumah akan menerimamu sekalipun aku bukan lagi menjadi siapa-siapa. Keluarga merupakan orang pertama yang akan merangkul kita ketika kita berada di bawah. Sejak saat itulah aku berusaha untuk kembali sedikit demi sedikit. Berusaha merengkuh kembali akhiratku yang hampir saja lenyap pergi. Umurku mungkin memang tak panjang lagi, maka aku pun berusaha untuk melakukannya sesegara mungkin. Bertobat menuju ke jalan kebenaran bersama Allah SWT.
Awalnya memang sangat sulit, namun aku yakin Allah akan merestui langkahku ini. Aku ingin membentuk masyarakat tanpa riba. Aku membangun rumah untuk muslim berdasarkan konsep syariah. Harapan besarku aku mampu menciptakan rumah idaman untuk para muslim. Ketika nanti aku bisa hidup di antara orang-orang baik maka aku pun akan menjadi baik. Kebaikan itu akan ada di sekelilingku dan akan membuatku semakin baik. Inilah mengapa aku selalu ingin menciptakan lingkungan yang Islami lagi. Dengan begitu aku bisa bermanfaat untuk orang lain juga tidak hanya untuk diriku sendiri. Betapa ini akan sangat menyenangkan bagiku.
Menjalani kehidupan yang menyesatkan dalam jalan riba adalah pilihanku sendiri. Namun menjalani kehidupan seperti itu nyatanya tidak membuatku bahagia. Aku sangat merindukan suasana lingkungan yang Islami. seperti lingkungan islami yang ada di 5 Perumahan Syariah Terbaik di Indonesia Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan lingkungan Islami. Karena sejatinya apa yang kita lakukan di dunia semua untuk kehidupan akhirat kelak.